Ramadhan dan Struktur Surat Al Quran

Alhamdulillahirabil’aalamin kita kembali dipertemukan dengan bulan mulia Ramadhan di tahun 1445 H ini.

Telah beberapa uraian kami sampaikan mengenai sistematika keterkaitan antara Al Quran dan bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan betapa keduanya (Al Quran dan Ramadhan) memang memiliki kekhususan yang sangat perlu dikaji, direnungkan dan dipahami serta diamalkan.

Untuk itu, kali ini kembali kami sampaikan sebuah kekhususan tersebut dalam rangka menyikapi bulan Ramadhan tahun ini, yang Insyaa Allah lebih baik lagi kualitas amal ibadahnya, dari tahun yang lalu.

Kembali kita perhatikan nomor urut dari bulan Ramadhan yakni sebagai bulan ke 9. Bila dikaitkan nilai 9 ini dengan jumlah ayat, ternyata hanya ada satu surat yang berjumlah 9 ayat yaitu Qs. 104 Al Humazah (Pengumpat). Dalam konteks arti judul suratnya (Al Humazah/Pengumpat) telah disampaikan pada posting sebelumnya (Bulan Ramadhan dan Taubat).

Kali ini nilai 9 ayat tersebut dikaitkan dengan 114 surat di Al Quran yang memiliki nomor ayat ke 9, atau dengan kata lain diambil surat-surat yang mangandung nomor ayat ke 9, sehingga terbentuk formasi sebagai berikut :

  • Ada 96 surat yang memiliki nomor ayat ke 9. Atau ke 96 surat ini jumlah ayatnya adalah sama dengan dan atau lebih besar dari 9.
  • Berarti diluar 96 surat tersebut masih ada 18 surat lagi yang jumlah ayatnya lebih kecil dari 9 ayat.

Perolehan formasi 96 surat dan 18 surat ini, bila dikonversikan menjadi nomor surat adalah :

  • Surat ke 96 adalah Qs. Al ‘Alaq surat yang pertama kali diwahyukan kepada Rasulullah Muhammas saw.
  • Surat ke 18 adalah Qs. Al Kahfi (Gua). Hal ini adalah merupakan simbolik dari tempat dimana wahyu pertama tersebut disampaikan oleh Jibril as, yaitu di sebuah gua (Hira).
  • Sehingga pada akhirnya (secara berangsur-angsur) seluruh surat Al Quran yaitu 114 surat (96 + 18), secara lengkap diterima oleh Rasulullah Muhammad saw.

Berlandaskan sistem 9 ayat pada formasi 96 surat diatas, berarti seluruhnya berjumlah : 96 x 9 ayat = 864 ayat.

Nilai 864 inipun bila dijumlahkan ke 3 angkanya menghasilkan nilai : 18 (8+6+4). Dimana nilai 18 inipun terkoneksi dengan Qs. 18 Al Akhfi sebagaimana uraiannya di atas. Formasi 96 surat ini, dapat dilihat pada tabel berikut :

Selain itu ada sebuah keunikan pada nilai 864 ini, dimana ke 3 angkanya terdiri dari bilangan genap (8, 6 dan 4). Ke 3 bilangan tersebut masing-masing memiliki selisih 2, atau 8-6=2 dan 6-4=2. Dan keunikan lainnya bila dikonversikan menjadi nilai 86 dan 64, selisihnya pun mengandung nilai 2 atau 86-64=22.

Dengan asumsi ini, bila nilai 86 dan 64 tersebut dikonversikan menjadi nomor surat adalah :

– Qs. 86 Ath Thaariq, 17 ayat

– Qs. 64 . At Taghaabun, 18 ayat.

Perhatikan ke 4 nilai yang diperoleh, yakni nomor suratnya 86 dan 64 lalu jumlah ayatnya 17 dan 18. Bila dijumlahkan keseluruhannya adalah : 86 + 64 + 17 + 18 = 185.

Lalu bila nilai 185 ini kembali dikoneksikan dengan sistem nilai 2 (nilai selisih dari 8,6 dan 4 di atas), dan kemudian dikonversikan sebagai nomor surat ke 2 dan ayatnya sebagai ayat ke 185 (Qs. 2 Al Baqarah 185), sangat jelas keterkaitannya dengan awal diturunkannya Al Quran ke muka bumi ini, ayat tersebut artinya :

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa diantara kamu hadir pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur”

Ayat ini kembali memperjelas uraian diatas, mengenai keterkaitan Al Quran yang diturunkan di bulan Ramadhan.

Dari perolehan jumlah ayat dari Qs. 86 dan Qs. 64 di atas, yakni 17 ayat dan 18 ayat pun sangat terkait dengan pristiwa turunnya Al Quran, yakni :

A. Al Qur’an Turun di Malam ke 17 Ramadhan

Seperti yang diketahui umum bahwa Al Qur’an pertama kalinya turun pada malam ke 17 bulan Ramadhan yaitu pada malam Lailatul Qadr.

Dengan uraian yang sangat sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

• Ayat Al Qur’an seluruhnya berjumlah 6236 ayat.

• 6 + 2 + 3 + 6 = 17

• Apabila nilai 17 tersebut dikonversikan kedalam nomor surat maka jatuh pada surat Al Isra’ (Perjalanan Malam).

• Sedangkan judul surat yang berhubungan dengan malam lailatul qadr adalah surat ke 97 (Al Qadr).

Sehingga terbentuk skema sebagai berikut :

Dari pristiwa di awal turunnya Al Quran tersebut ternyata Allah sudah mengindikasikan tentang kelengkapan seluruh firmanNya (114 surat) yang akan diturunkan dan dirisalahkan kepada Rasulullah.

B. Surat yang Pertama Kali Turun

Dengan uraian yang juga sederhana seperti uraian diatas, dapat digambarkan sebagai berikut :

• Surat yang pertama turun adalah surat ke 96 (Al ‘Alaq)

• Surat tersebut turun di gua Hira’.

• Judul surat tentang gua adalah surat ke 18 (Al Kahfi)

• Sehingga terbentuk skema sebagai berikut :

Kembali dari penjabaran tentang awal turunnya Al Quran, Allah telah mengindikasikan tentang kelengkapan jumlah 114 surat di Al Quran.

Merujuk kepada surat ke 17 dan 18 di atas, keduanya bertemu dalam 1 juz, yakni juz ke 15. Dengan formasi sebagai berikut :

  • Qs. 17 Al Israa’ : 1 – 111  = 111 ayat
  • Qs. 18 Al Kahfi  : 1 – 74 = 74 ayat
  • Jumlah ayat di Juz 15 = 111 + 74 = 185 ayat

Bukankah nilai 185 ini kembali terkait dengan Qs. 2 Al Baqarah di atas ? Luar biasa, sistematika yang sempurna bukan ?

Setelah membahas formasi 96 surat, selanjutnya mari perhatikan formasi 18 suratnya. Ke 18 surat tersebut ternyata terbagi seimbang yakni :

  • 9 surat berjumlah ayat GENAP
  • 9 surat berjumlah ayat GANJIL
  • Kembali nilai 9 disini terkait dengan bulan Ramadhan (bulan ke 9)

Formasi ke 9 pasang surat tersebut adalah :

Ada sebuah keunikan dari keseimbangan sistem 9 di atas, yakni :

  • Jumlah nomor surat dan ayat pada kelompok GANJIL adalah 898
  • Jumlah nomor surat dan ayat pada kelompok GENAP adalah 989
  • Nilai jumlahnya saling bercermin : 898 dan 989
  • Nilai 9 nya ada 3 atau : 9 x 3 = 27. Nilai 2 + 7 = 9
  • Nilai 8 nya ada 3 atau : 8 x 3 = 24. Nilai 2 + 4 = 6
  • Perolehan nilai 9 dan 6 atau 96 kembali terkorelasi dengan sistem 96 surat di atas (Formasi 96 surat)
  • Jumlahnya : 898 + 989 = 1887
  • Bila nilai 1887 ini dipilah menjadi masing-masing 2 digit (genap dan ganjil), dan dikonversikan menjadi surat, adalah : Qs. 18 Al Kahfi, 110 ayat dan Qs. 87. Al A’laa, 19 ayat
  • Perhatikan jumlah ayatnya yaitu : 110 + 19 = 129

Begitu pula dengan konsep awalnya dengan sistem nilai 96 dan 18, bila dikonversikan sebagai surat yakni Qs. 96 Al ‘Alaq, 19 ayat dan Qs. 18 Al Kahfi, 110 ayat, pun hasil jumlah ayatnya adalah : 110 + 19 = 129.

Sebagai uraian penutup, perhatikan jumlah ayat dari formasi 9 pasang surat di atas, dimana kelompok Genapnya adalah 60 ayat dan kelompok Ganjilnya adalah 43 ayat. Nilai 60 dan 43 ini ternyata memiliki sistematika yang saling terkait, karena :

  • Qs. 60 Al Mumtahanah berjumlah 13 ayat dan
  • Qs. 13 Ar Ra’du berjumlah 43 ayat
  • Nilai awalnya 60, berakhir dengan nilai 43
  • Jumlah dari ke 4 nilai tersebut adalah : 60 + 13 + 13 + 43 = 129.

Ternyata hasil akhir dari ketiga uraiannya, kembali ke sistem nilai 9 lagi. Karena nilai 129 adalah sama dengan jumlah ayat dari Qs. 9 At Taubah dan bulan ke 9 adalah Ramadhan (bulan taubat). Kembali terlihat sebuah sistematika numerik yang luar biasa, masyaa’ Allah.

Akhirul kalam,  demikian penjabaran kali ini, semoga di bulan Ramadhan tahun ini, kita mampu meraih nilai kualitas taubat yang sejati, sehingga kembali fitrah demi menjelang kehidupan akhirat yang abadi.

Aamiin Yaa Rabbal’aalamiin

Marhaban Yaa Ramadhan…

Salam 2568

Syaiful Husein

Malam Nisfu Sya’ban

Pesan Nisfu Sya’ban

Lafadz dari Sya’ban adalah : شعبا ن

Yaitu abjad ke :

– ش : 13

– ع : 18

– ب : 2

– ا : 1

– ن : 25

Lebih lanjut kita perhatikan nilai numerik dari kata Sya’ban tersebut dan perhatikan titik tengahnya (karena nisfu bermakna pertengahan), maka :

  • numerik Sya’ban : 13, 18, 2, 1, 25
  • titik tengahnya adalah 2
  • 2 nilai awal : 13+18=31
  • 2 nilai akhir : 1+25=26

Sebelum penjabaran keterkaitan dan sistematika nilai 2 (titik tengah), kita perhatikan dahulu sistem nilai awal dan akhirnya, yakni nilai 26 dan 31.

Dari 2 nilai 26 dan 31, bila diurutkan menjadi :

  • 26, 27, 28, 29, 30, 31
  • kembali diambil titik tengahnya, yakni 28 dan 29
  • nilai 2 awal dan 2 akhirnya adalah : 26+27+30+31=114, atau sama dengan jumlah surat di Alquran.
  • titik tengahnya 28+29=57, nilai ini terkait dengan titik tengah surat Alquran. Karena titik tengah surat Alquran (qs. 57 dan qs. 58) adalah surat ke 57 dari awal dan akhir Alquran.
  • ternyata pesan dari Nisfu Sya’ban sangat terkait dengan ilmu Alquran.

Perhatikan nilai awal dan akhirnya, yakni :

  • 2 nilai awal : 26+27=53
  • 2 nilai akhir : 30+31=61

Konversi suratnya menjadi :

  • qs. 53 An Najm, 62 ayat
  • qs. 61 Ash Shaf, 14 ayat
  • jumlah ayatnya : 62+14=76
  • surat ke 76 adalah Al Insaan

Bila dikaitkan dengan nilai nomor suratnya yakni 53+61=114, surat ke 114 adalah An Naas.

Baik nilai 76 dan 114 (Al Insaan dan An Naas) bermakna manusia, dimana nilai 76 pun terkait dengan nilai dari kata al juz : الجزء atau 31+5+11+29=76.

Artinya lebih dalam lagi, selain terkait dengan ilmu Alquran, pesan dari Nisfu Sya’ban pun terkait dengan jati diri manusia, sistem juz.

Kembali perhatikan titik tengah di atas yakni 28 dan 29, bila dikonversi menjadi surat adalah :

  • qs. 28 Al Qashash, 88 ayat
  • qs. 29 Al ‘Ankabuut, 69 ayat
  • jumlah ayat ke 2 surat tsb adalah : 88+69=157
  • nilai 157 sangat terkait dengan kata Lu’lu’an (لؤلؤا), atau nilai abjadnya : 23+26+29+23+26+29+1=157
  • sebagaimana diketahui makna Lu’lu’an pun terkait dengan titik tengah dimana di dalam struktur ‘ain, posisinya tepat berada ditengah. (Lihat gambar Struktur ‘Ain).
  • dalam uraian lain, Lu’lu’an (mutiara) terkait dengan inti dari jati diri manusia, yaitu ruh.

Selanjutnya, bila nilai titik tengah dari kata Sya’ban yakni huruf ba (huruf ke 2), dikaitkan dengan hasil dari 2 nilai titik tengahnya (157), maka :

  • nilai titik tengah : 157
  • huruf tengah (ba) : 2
  • jumlahnya : 157+2=159

Nilai 159 ini terkait dengan jumlah ayat dari juz 9. Bila dikaitkan dengan jati diri manusia, nilai 9 ini terkait dengan hati/qalbu.

Yaa, demikianlah adanya, qalbu manusia adalah titik tengah atau inti dari manusia itu sendiri. Dimana nilai 9 ini pun terkait dengan bulan ke 9, Ramadhan, bulan suci yang 15 hari lagi kita masuki, demi pensucian hati kita, agar menjadi insan yang kembali terlahirkan dalam keadaan suci, insyaa Allah.

Kemudian karena nilai 159 terkait dengan juz 9, maka nilai 159 dan 9 digabungkan menjadi :

  • 1599
  • nilai 15 : qs. 15 Al Hijr / Batu
  • nilai 99 : jumlah ayatnya

Hati, bila tidak disucikan, akan keras seperti batu. Untuk itulah : 15+99=114, manusia sangat membutuhkan kepahaman ilmu Alquran untuk melunakannya.

Dari awal nilai 157 kemudian diperoleh nilai 159, kembali diurutkan :

  • 157, 158, 159
  • kembali diambil titik tengahnya, yakni 158
  • nilai ini bila dibentuk menjadi angka 15 dan 8, ternyata menunjukkan tanggal Nisfu Sy’aban itu sendiri, yaitu : tanggal 15 bulan ke 8 (Sya’ban).
  • jumlahnya adalah 15+8=23
  • surat ke 23 adalah qs. Al Mu’minuun, Orang-orang yang Beriman

Yaa, memang demikianlah adanya, peningkatan keimanan kita adalah tujuan utamanya, melalui ilmu Alquran dan sistem juz akan kita arungi kesuciannya di 1 bulan setelah Sya’ban, yakni Ramadhan, insyaa Allah.

Sebagai penutup ..

Bentuk kembali nilai 157, 158 dan 159 menjadi :

  • 1+5+7=13
  • 1+5+8=14
  • 1+5+9=15

Ke 3 nilai ini sangat terkait dengan sunnah Rasulullah yang sangat dianjurkan, yakni puasa 3 hari setiap bulannya, yakni di 3 hari pertengahan setiap bulan hijriyah, yakni tanggal 13, 14, 15, sebagaimana hadist sbb :

Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasai no. 2434. Syaikh Al Albani mengataka bahwa hadits ini shahih)

Artinya, bahwa ternyata pesan dari pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya’ban) berlaku pula keutamaannya bagi seluruh pertengahan dari bulan-bulan lainnya. Setiap waktu adalah penting, utama, bila tidak mau merugi.

Kembali perhatikan nilai 157, 158 dan 159 di atas yang dibentuk menjadi :

  • 15.7 = 15+7=22
  • 15.8 = 15+8=23
  • 15.9 = 15+9=24

Perolehan nilai 22, 23 dan 24 dikonversikan menjadi abjad :

  • 22 = kaf
  • 23 = lam
  • 24 = mim
  • gabungan 3 abjad tersebut menjadi : KALAM (Perkataan)
  • bila dibalik bacanya menjadi : MALIK (Raja)

Yaa, begitulah hal yang mampu dicapai dengan kesucian iman, bila sudah mampu menjadi mukmin (23) yang sejati, insyaa Allah, Kalam Sang Malik (Allah) akan menyatu dalam dirinya, sehingga setiap 22 (target tujuan) akan mampu diraih. Dan dirinya akan bercahaya (24), dimanapun ia berada.

Demikian..

petunjuk itu ada, bahkan selalu ada, teramat sangat jelas, namun jiwa yang kotor ini, hanya mampu menjabarkannya, dengan diiringi kelalaian yang tak berjeda.

Salam Nisfu Sya’ban


2568

AKURASI SISTEMATIKA BASMALAH DI AL QURAN

Telah berulangkali dipaparkan tentang banyak hal terkait sistematika basmalah di Al Quran, yang dapat dibaca kembali pada posting artikel-artikel sebelumnya.

Dan kali ini kembali akan diutarakan sebuah sistematika sempurna, sesuai judul di atas.

Sebagaimana diketahui, lafadz basmalah selalu diletakan di awal surat (kecuali pada Qs. 9 At Taubah).

Awal muasal lafadz basmalah ada pada Qs. 27 An Naml 30.

Dengan rujukan “rumus” peletakan lafadz basmalah “di awal pembuka surat”, maka bila qs. 27 ; 30 ini ditempatkan sebagai ayat pertama, dan selanjutnya dihitung jumlah ayatnya sampai dengan ayat terakhir di Al Quran (Qs. 114 An Naas ayat 6) atau :

▶️ Mulai dari Qs. 27:30 sampai dengan Qs. 114:6, seluruhnya berjumlah 3048 ayat

▶️ Dengan kata lain, ayat ke 3048 dari ayat terakhir Al Quran (Qs. 114:6) adalah Qs. 27 An Naml 30.

Nilai 3048 dan 2730, memiliki kesetaraan pada nilai 30 nya (sebagai nomor ayat).

Untuk itu, dari perolehan nilai 3048 tersebut, nilai 30 nya dikonversikan menjadi nomor ayat dan nilai 48 nya dikonversikan sebagai nomor surat, maka diperoleh Qs. 48:30.

Sudah kita ketahui bersama, tentu qs. 48 (Al Fath) ayat ke 30 tidak ada pada urutan di mushaf Al Quran, karena jumlah ayat dari Qs. 48 Al Fath, hanya 29 ayat saja.

Namun, bila dilihat di surat ke 48 (pada urutan Al Quran berdasarkan kronologis urutan turunnya), maka urutan surat yang diturunkan sebagai surat ke 48 adalah, Qs. An Naml juga !!

Artinya Qs. 48 An Naml 30 (pada urutan kronologis turunnya surat) adalah sama dengan Qs. 27 An Naml 30 (urutan di mushaf), yang sama-sama keduanya merupakan ayat yang terkandung di dalamnya lafadz basmalah.

Selain itu, nomor surat 48 dan 27, selisihnya adalah :

▶️ 48 – 27 = 21

Terkait dengan apakah nilai 21 ini?

Dalam lafadz ayat di surat An Naml ayat 30, disebutkan juga nama dari nabi Sulaiman as. atau nabi urutan ke 21 (dari 25 nabi yang wajib diimani ummat Islam). Dan, bukankah surat An Naml dikenal juga dengan sebutan lainnya yaitu : surat Sulaiman? Karena dalam surat inipun dikisahkan tentang sejarah dari nabi Sulaiman as.

Selanjutnya bila nilai 21 dikonversikan menjadi urutan surat yang diturunkan sebagai surat ke 21, adalah Qs. An Naas. Sedangkan diurutan mushaf, surat An Naas diposisikan sebagai surat ke 114 (terakhir).

Kemudian, perhatikan kembali nilai 21. Bila dikaitkan dengan surat yang berjumlah 21 ayat, adalah Qs. 92 Al Lail. Penjumlahan nilai nomor surat dan jumlah ayatnya adalah : 92+21=113.

Perolehan nilai 114 di dan 113 di atas kembali terkait dengan sistematika basmalah, di Al Quran, yakni :

▶️ Ada 114 surat di Al Quran dan
▶️ Ada 113 surat yang diawali oleh basmalah.

Kembali ke Qs. Al Lail yang berjumlah 21 ayat.

Dalam urutan kronologis turunnya, surat ini diturunkan sebagai surat ke 9. Sedangkan surat ke 9 diurutan mushaf adalah surat At Taubah.

Hal ini menjelaskan, bahwa diantara 113 surat yang diawali oleh basmalah tersebut, hanya satu surat yang tidak berawalkan basmalah yakni, Qs. At Taubah.

Dan luar biasanya lagi, ternyata dalam urutan kronologis turunnya, Qs. At Taubah diturunkan sebagai surat ke 113.

Untuk mempermudah pemahaman di atas, bisa lihat tabel di bawah ini, yakni daftar nomor urut surat di Al Quran, berdasarkan urutan kronologis turunnya.

Printed by 2568

Masya Allah, begitu sempurna sistematika numerik dari Allah swt. Semuanya terkait dengan harmoni yang indah tanpa cacat.

Demikian artikel kali ini. Semoga bermanfaat.

Syaiful Husein – 2568

فلسطين

Kali ini kajian Numerik Al Quran, akan membahas tentang kekhususan negara Palestine yang terdapat di areanya, salah satu wilayah suci umat Islam, yakni Masjidil Aqsha.

🇵🇸 Penjabaran abjad dari nama فلسطين 🇵🇸

Bila diperhatikan tulisan Palestine (فلسطين) :

🇵🇸 Diawali dengan huruf FA : ف

Hal ini sama dengan huruf awal dari judul surat PERTAMA di Al Quran, qs. Al Faatihah (الفاتحة)

🇵🇸 Diakhiri dengan huruf NUN (ن) :

Hal ini sama dengan huruf awal dari judul surat TERAKHIR (surat ke 114), di Al Quran, qs. An Naas (الناس)

Kedua huruf pembuka dan penutup ini menggambarkan, tentang betapa pentingnya Palestine (khususnya Aqsha) dalam pembelajaran ilmu Al Quran. Dimana banyak peristiwa penting baik dimasa lalu, saat ini dan masa depan, terjadi wilayah ini.

Dua huruf ditengah yang berdiri tegak :

🇵🇸 Huruf LAM (ل), huruf ke 23
🇵🇸 Huruf THA (ط), huruf ke 16

Gabungan huruf ke 16 dan 23 ini adalah setara dengan jumlah ayat dari 28 surat Madaniyah : 1623 ayat.

Hal ini menunjukan sistematika keterkaitan antara Aqsha dan Madinah. lihat posting artikel Keterkaitan antara Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Madinah

Dan kelak, insyaa Allah, wujud dari masyarakat Madani akan segera tercipta di negeri ini.

Dua huruf lainnya :

🇵🇸 Huruf YA (ي), huruf ke 30
🇵🇸 Huruf SIN (س), huruf ke 12

Gabungan ke 2 huruf ini sama dengan judul surat ke 36 Yaasiin (يس).

Surat ini lah yang diabadikan di kubah masjid Shakhrah (صخرة), yang di dalamnya terdapat ‘batu syurga’ yang menjadi tumpuan saat rasulullah Muhammad saw akan isra’ mi’raj.

Nilai 36 merupakan Deret Hitung dari nilai 8, atau : 1+2+3+4+5+6+7+8=36. Hal ini sangat terkait dengan bentuk persegi 8 dari masjid Shakhrah tsb.

Selanjutnya..

Ada 3 huruf yang bertitik , yakni :

🇵🇸 huruf Fa : 20
🇵🇸 huruf Nun : 25
🇵🇸 huruf Ya : 30

Penjumlahan ke 3 huruf ini : 20+25+30=75

Surat ke 75 adalah Al Qiyamah, sangat sesuai dengan segala pristiwa penting di akhir zaman menjelang kiamat terkonsentrasi di wilayah Palestine ini, diantaranya :

🇵🇸 Khilafah Islam bangkit dengan kepimpinan Imam Mahdi
🇵🇸 Nabi Isa as diturunkan kembali
🇵🇸 Dajjal dibunuh Isa al masih
🇵🇸 Ya’juj Ma’juj dihancurkan

Tinjauan nilai abjad yang GANJIL dan yang GENAP :

Di dalam lafadz nama Palestine (فلسطين) terdapat 2 huruf yang nilainya GANJIL, yakni : 23 (ل) dan 25 (ن).

🇵🇸 Jumlahnya : 23+25=48. Surat ke 48 adalah Al Fath, Kemenangan

Dan ada 4 huruf yang nilainya GENAP : 12, 16, 20 dan 30

🇵🇸 Jumlahnya : 12+16+20+30=78. Surat ke 78 adalah Al Nabaa, Berita Besar

🇵🇸 Jumlah ayat dari Qs. 48 = 29 ayat

🇵🇸 Jumlah ayat dari Qs. 78 = 40 ayat

🇵🇸 Sehingga total ayatnya menjadi : 69 ayat

🇵🇸 Qs. 69 adalah Al Haaqah yang juga bermakna kiamat

Semakin jelas, menjelang kiamat, BERITA BESAR dan KEMENANGAN Islam akan berkibar dari negeri ini.

Selain itu, nilai GENAP ke 4 huruf ini : 12, 16, 20, 30 bila diperhatikan nilai awal dan akhirnya adalah :

🇵🇸 12 dan 30, huruf Sin dan Ya

Sedangkan nilai di tengahnya 16 dan 20 atau :

🇵🇸 16+20=36 atau nomor surat dari qs. Yaasiin

Hasil jabaran ke 4 huruf nilai GENAP ini, kembali terkait ke uraian tentang Qs. 36 Yaasiin dan batu Shakhrah di atas.

Adapun jumlahnya 78 atau 7 + 8 = 15. Surat ke 15 adalah Al Hijr (Batu).

Hal ini semakin memperlihatkan sistematika yang sangat erat antara Kubah Batu (Shakhrah) dan Qs. 36 Yasin. Dan semakin menunjukkan pula betapa pentingnya hikmah ilmu di balik batu mulia ini, oleh sebab itu sangat perlu bagi kita untuk meng iqra’ serta mengkaji (melalui Al Quran) pesan-pesan keilmuan yang tersembunyi di balik batu syurga ini. Khususnya dalam keterkaitannya dengan akhirul zaman.

Selanjutnya, bila dijumlahkan ke 6 abjad dari kata فلسطين tsb adalah :

🇵🇸 12+16+20+23+25+30 = 126

Karena nilai 126 ini lebih besar dari nilai jumlah surat di Al Quran (114 surat), maka dilakukan 2 metode hitung yakni, dikurangi nilai 114 dan penjumlahan nilai 126 itu sendiri, sbb :


🇵🇸 Nilai 126 – 114 = 12
🇵🇸 Nilai 1+2+6=9
🇵🇸 Perolehan nilai 12 dan 9, dijumlahkan : 12+9=21

Surat ke 21 adalah Al Anbiyaa’, para nabi.

Sebagaimana telah dikenal secara umum, bahwa kota ini (dan sekitarnya) adalah kotanya para nabi. Dimana banyak nabi yang lahir/wafat dan bermukim serta berdakwah disini.

Nilai 12 di atas juga terkait dengan Qs. 12. Yuusuf, putranya nabi Ya’qub as, yang merupakan nenek moyangnya (cikal bakal) bani israil.

Sedangkan nilai 9 nya terkait dengan nabi ke 9, Ishaq as yang merupakan ayahnya nabi Ya’qub as.

Bila dijumlahkan ayat dari Qs. 12 dan Qs. 9 adalah :

🇵🇸 111 + 129 = 240.

Terkait dengan apakah nilai 240..?

Kembali ke nilai 126 di atas. Bila dikurangi nilai 126, menjadi : 240-126=114

Ada sebuah kombinasi numerik yang sangat terkait dengan nilai 240, 126 dan 114 yakni, surat ke 88 Al Ghaasyiyah, 26 ayat.

Sistematika keterkaitannya adalah sbb :

🇵🇸 Nilai lafadz Al Ghaasyiyah (الغاشية) adalah : 31+19+1+13+30+32 = 126
🇵🇸 Nomor surat + jumlah ayatnya : 88+26=114
🇵🇸 126 + 114 = 240

Sangat jelas keterkaitannya bukan ?

Arti dari judul surat ini adalah Hari Pembalasan.

Yaaa.. berawal dari gejolak di negeri para nabi inilah, segala bentuk kekejian dajjal laknatullah beserta kaki tangannya (Israel, AS, NATO dll), akan di balas berkali lipat dan diakhiri oleh azab Allah swt.

Semoga segera terwujud.

آمِيّن آمِيّنْ آمِــــــــــيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِــــــــــيْنَ َ

Sebagai uraian penutup, akan kita kaji sistematika keterkaitan basmalah dan Aqsha.

Sebagaiman diketahui lafadz basmalah bermula dari ayat di Qs. 27 An Naml 30 :

انه من سليمن وانه بسم الله الرحمن الحيم

Seluruh surat di Al Quran, kecuali surat ke 9 At Taubah, dibuka dengan basmalah.

Dalam lafadz utuh ayat dari Qs. 27:30 disebutkan nama salah satu nabi Allah, yakni Sulaiman as, dimana puncak kejayaan Palestine dan Aqsha ada di masa kepemimpinan beliau.

Artinya, keterkaitan nabi Sulaiman as, sistematika basmalah dan Aqsha sangat perlu diperhatikan dalam kajian ilmu Al Quran.

Terlebih bila diuraikan nilai numerik abjad dari lafadz nama Sulaiman as (سليمن) : 12+23+30+24+25= 114, atau sama dengan jumlah surat di Al Quran.

Sehingga, dapat dimaknai bahwa, seiiring dengan keutamaan basmalah, maka ilmu Al Quran pun sangat perlu dikoneksikan dengan Masjidil Aqsha.

Terlebih lagi, di era akhir zaman ini.

Dan yang tak kalah pentingnya, perlu diingat pula, bahwa perjalanan agung Rasulullah Muhammad saw saat Isra’ Mi’raj pun dengan menyinggahi terlebih dahulu Masjidil Aqsha, sebelum Mi’raj ke ‘Arsy, menerima perintah shalat. Sebuah pesan penting tentang keutamaan Masjidil Aqsha.

Begitu juga dengan pemaknaan kiblat shalat (sebelum berkiblat ke ka’bah), awalnya kiblat shalat ditujukan ke Masjidil Aqsha, artinya (dalam makna lebih dalam), bahwa kiblat kajian tentang ilmu Al Quran, selain dikoneksikan dengan Masjidil Haram, sangat perlu juga di “kiblat” kan atau diarahkan/difokuskan/dikoneksikan ke Masjidil Aqsha.

Terbukti bila dilihat dalam arti yang lain, ‘kiblat perhatian’ dunia saat ini, tertuju seluruhnya ke Masjidil Aqsha, dimana masyarakat Islam yang berjuang mempertahankannya, terus didzalimi oleh penjajahan zeonis Israel laknatullah.

Dengan penderitaan yang luar biasa, disertai keteguhan iman rakyat Palestine, mengakibatkan betapa banyak umat non muslim terkonsentrasi perhatiannya ke Islam, ke Al Quran. Bahkan tak sedikit yang akhirnya sampai tertarik dan dengan ikhlas memeluk Islam.

Di era akhirul zaman ini, Palestine dan Aqsha “kembali” menjadi “kiblat” dunia ..!

Semoga ini sebagai pertanda bahwa kebangkitan dan kejayaan Islam sudah sangat dekat. Insyaa Allah..

Demikian sekilas tentang kajian numerik kali ini, semoga bermanfaat.

Syaiful Husein – 2568

YA’JUJ & MA’JUJ

Sekilas tentang Ya’juj dan Ma’juj

Penyebutan Ya’juj dan Ma’juj di Al Quran tertera di 2 surat :
▶️ Qs. 18 Al Kahfi 94
▶️ Qs. 21 Al Anbiyaa’ 96

Kedua ayat tersebut sama-sama berada di posisi ayat ke 17 dari akhir, atau :

Posisi di Qs. 18 Al Kahfi :
▶️ Qs. 18 Al Kahfi 94
▶️ dari ayat terakhir dari surat Al Kahfi (110), ayat ke 94 adalah ayat ke 17 dari akhir

Posisi di Qs. 21 Al Anbiyaa’ :
▶️ Qs. 21 Al Anbiyaa’ 96
▶️ dari ayat terakhir dari surat Al Anbiyaa’ (112), ayat ke 96 adalah ayat ke 17 dari akhir

Dengan perolehan kedua nilai 17 tersebut, bila nilai 17 nya di konversikan sebagai nomor surat adalah :

▶️ Qs. 17 Al Israa’ atau nama lain dari surat ini adalah Bani Israil.

Bila dijumlahkan nomor ayat tentang ya’juj ma’juj tersebut, menjadi :

▶️ 94 + 96 = 190

Terkait dengan apakah nilai 190 ini ?

Ternyata nilai ini setara dengan jumlah ayat dari Juz 17.

Nah.. kembali ke nilai 17 lagi bukan ? Dan tentu kembali terkait dengan Qs. 17 Al Israa’/Bani Israil.

Selain itu, nilai 190 juga merupakan nilai Deret Hitung dari 19. Atau :

▶️ 1+2+3+ dst.. +17+18+19=190

Karena terkait dengan nilai 19, kembali dikonversikan dengan surat ke 19, yakni Qs. Maryam (ibundanya nabi Isa as).

Bukankah menurut referensi hadistnya, kelak ya’juj ma’juj akan musnah setelah do’a nabi Isa as kepada Allah swt ?

Referensi hadits :

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Ketika malam diisra’kannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berjumpa dengan Ibrahim, Musa, dan ‘Isa Alaihimussalam, lalu mereka membicarakan tentang Kiamat… hingga beliau bersabda, ‘Maka mereka mengembalikan pembicaraan kepada ‘Isa.’ (Lalu beliau (‘Isa) menyebutkan terbunuhnya Dajjal, kemudian berkata,) ‘Selanjutnya manusia kembali ke negeri-negeri mereka, lalu dihadang oleh Ya’-juj dan Ma’-juj yang berdatangan dengan cepat dari setiap tempat yang tinggi, mereka tidak akan melewati air kecuali meminumnya, tidak juga melewati sesuatu kecuali menghancurkannya, kemudian mereka (para Sahabat ‘Isa) meminta pertolongan kepadaku, lalu aku berdo’a kepada Allah, maka Allah membinasakan Selanjutnya bumi menjadi bau karena bangkai mereka, kemudian mereka (para Sahabat ‘Isa) memohon kepadaku, lalu aku berdo’a kepada Allah, akhirnya Allah mengirimkan hujan dari langit yang membawa dan melemparkan jasad-jasad mereka ke lautan.”

Keterangan :
Mustadrak al-Hakim (IV/488-489), al-Hakim berkata, “Sanadnya shahih, akan tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi di dalam kitab Talkhish.
Dan diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad (IV/189-190, no. 3556), tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.”

Selanjutnya..

Menilik kedua ayat tentang ya’juj ma’juj yang posisinya ada di ayat ke 17 dari AKHIR, apakah hal ini terkait dengan salah satu tanda di akhir zaman sebelum kiamat..?

Keterkaitan tentang ya’juj ma’juj dan Qs. 17 Bani Israil, apakah hal ini terkait dengan zeonis Israel, yang begitu kejam menindas rakyat Palestine ? Sangat tidak manusiawi. Bahkan duniapun seolah ‘terdiam’ menyaksikan kedzaliman zeonis tersebut.

Begitu juga dengan turunnya kembali nabi Isa as, pun merupakan peristiwa yang akan dihadirkan di akhir zaman.

Demikian sekilas artikel singkat ini. Hanya sekedar analisa yang masih sangat perlu untuk disempurnakan lebih lanjut.

Tidak lain hanya sebagai pengingat khususnya bagi penulis sendiri, untuk selalu waspada terhadap segala pertanda di akhir zaman ini.

Terlebih melihat perkembangan gejolak di Timur Tengah yang semakin memanas dan dikhawatirkan sedang menuju perang dunia ke 3, yang juga merupakan salah satu pertanda akhir zaman lainya, yakni malhamah kubra (peperangan besar).

Wallaahu a’lam

Terimakasih. Semoga manfaat

Syaiful Husein-2568

Ramadhan dan Taubat

Seperti yang telah sering disampaikan, Ramadhan adalah bulan ke 9.

Sedangkan surat ke 9 di Al Qur’an adalah At Taubah, Taubat/Pembersihan diri. Sehingga sangat tepat bila dikatakan, bulan ini sebagai bulan taubat.

Bertaubat dan membersihkan diri dari segala hal buruk yg pernah dilakukan.

Bagaimana kalau nilai 9 dikonversikan sebagai jumlah ayat ?

Di Al Qur’an hanya ada satu surat yang berjumlah 9 ayat. Yakni surat ke 104, Al Humazah, Pengumpat/Pencela.

Mengumpat dan mencela bersumber dari penyakit hati. Sebagai bentuk dari rasa tidak bersyukur, tidak pernah ada puasnya. Sehingga muncul sifat iri dan dengki, bahkan pada akhirnya berprasangka buruk kepada Allah (karena rasa yang tak pernah bersyukur dan tidak pernah merasa puas atas ketetapan Allah pada dirinya).

Mari coba dijumlahkan nilai 104 + 9 = 113

Surat ke 113 adalah Al Falaq. Dimana dalam surat ini pun mengandung tentang permohonan untuk dilindungi dari sifat dengki/hasad.

Yaa.. apapun itu dosa yang pernah diperbuat, bermula dari hati yang tidak bersih, bahkan sangat mungkin berpenyakit.

Lantas, bagaimanakah sistematika keterkaitan numerik Al Qur’an antara nilai 113 dan 9 ?

Berikut penjelasannya :
▶️ Ternyata, surat At Taubah (yang pada urutan mushaf adalah surat ke 9), namun berdasarkan urutan kronologisnya, diturunkan sebagai surat yang ke 113.

▶️ Ada keunikan lain dari surat ke 9 ini, karena surat ini adalah satu-satunya surat yang tidak diawali oleh basmalah. Artinya ada 113 surat lainnya yang diawali oleh basmalah.

Sangat jelas bukan keterkaitan antara nilai 9 dan 113 ?

Selanjutnya..

Mari kita analisa sedikit lafadz tulisan At Taubah ( التوبة), melalui nilai-nilai numerik yang terkandung di dalamnya :

  • ال : Huruf ke 31
  • ت : Huruf ke 3
  • و : Huruf ke 26
  • ب : Huruf ke 2
  • ة : Huruf ke 32

Sehingga jumlah seluruhnya :

  • 31 + 3 + 26 + 2 + 32 = 94

Sedangkan nomor surat At Taubah (9) dijumlahkan dengan jumlah ayatnya (129), menjadi = 9 + 129 = 138 → 1 + 3 + 8 = 12.

Bila nilai 12 dihubungkan dengan jumlah bulan (hijriyah) dalam 1 tahun dan dikaitkan pula dengan nilai 94 (9 dan 4) di atas, maka :

▶️ Ramadhan adalah bulan ke 9 dari awal tahun
▶️ Ramadhan adalah bulan ke 4 dari akhir tahun

Tentunya bukan kebetulan..!!

Selanjutnya bila dikonversi menjadi nomor surat ke 94 adalah :

  • Qs. 94 Alam Nasyrah (Kelapangan/Kemudahan)

Sangat jelas bukan, hubungan taubat/pembersihan diri dan kemudahan ?

Yaa.. dengan pembersihan diri tentunya, Insya Allah, segala kemudahan dan kelapangan akan dapat diraih.

Untuk itu, marilah di bulan Ramadhan ini, kita upayakan untuk bertaubat dan membersihkan diri, dengan segala ritual ibadah (yang dilipat gandakan pahalanya), agar bersih dari penyakit hati, demi meraih berbagai macam kemudahan serta kelapangan yg diharapkan selama ini.

Semoga bermanfaat.

Marhaban yaa Ramadhan

Syaiful Husein
085 80608 2552

Cahaya Qs. Al Faatihah dan Ayat Penutup (akhir) Qs. Al Baqarah

Begitu banyak telah disampaikan oleh para cendikia Al Qur’an, betapa luasnya samudra ilmu dari surat pertama di Al Qur’an ini, yang juga dikenal sebagai Ummul Qur’an.

Begitupun dari sisi kajian numerik Al Qur’an sudah beberapa kajian tentang surat ini pernah kami sampaikan. Dan kali ini, kembali kami hadirkan keutamaan dari surat ini, semoga semakin memperkaya wawasan ilmu kita tentang Al Qur’an.

Dimulai dengan memperhatikan fafadz dari judul Qs. Al Faatihah yang berjumlah :

  • ال : 31
  • ف : 20
  • 1 : ا
  • 3 : ت
  • 6 : ح
  • 32 : ة

Jumlah seluruh nilai abjadnya : 93

Bila nilai ini dikaitkan dengan Asmaul Husna urutan ke 93 adalah An Nuur (Cahaya).

Qs. Al Faatihah berjumlah 7 ayat. Bila Asmaul Husna dihitung dari urutan terakhirnya atau dari urutan ke 99, ternyata urutan ke 7 dari akhirpun adalah Asmaul Husna ke 93 : An Nuur.

Sedangkan Qs. An Nuur di mushaf Al Qur’an adalah surat ke 24, dan abjad hijaiyah ke 24 adalah Mim (م).

Setelah itu, mari kita perhatikan abjad Mim (م) yang ada di Qs. Al Faatihah :

▶️ Ayat ke 1 s.d. 3 : ada 6 abjad mim (م)
▶️ Ayat ke 4 : TIDAK ADA huruf mim (م) nya
▶️ Ayat ke 5 s.d. 7 : ada 6 abjad mim (م)

Ternyata huruf Mim (م) terbagi seimbang di 3 ayat awal dan 3 ayat akhirnya.

Lalu perhatikan ayat ke 4 nya (ayat tengah dari Qs. Al Faatihah), yang tidak ada huruf Mim di dalamnya.

اياك نعبدواياك نستعين

Pada ayat ini, bila dijumlahkan seluruh abjadnya berjumlah :

  • 1+30+1+22+25+18+2+8+26+1+30+1+22+25+12+3+18+30+25 = 300.

Dan ternyata… nilai 300 adalah merupakan hasil nilai dari Deret Hitung dari 24, atau 1+2+3+….+22+23+24 = 300.

Bukankah nilai 24 merupakan nomor surat dari An Nuur itu sendiri ?

Dari uraian di atas, sangat pantas mengapa Qs. Al Faatihah mempunyai keutamaan tersendiri, sehingga surat ini pun diwajibkan dibaca pada setiap raka’at shalat. Karena surat ini mengandung nilai yang sangat terkait dengan asma Allah yang ke 93 (AN NUUR/CAHAYA).

Selanjutnya, bila penguraian lafadz judul surat dari qs. Al Faatihah (الفاتحة) dikonversi menjadi nomor surat, maka :

  • 31 : Qs. Luqman : 34 ayat
  • 20 : Qs. Tha Ha : 135 ayat
  • 1 : Qs. Al Faatihah : 7 ayat
  • 3 : Qs. Ali ‘Imraan : 200 ayat
  • 6 : Qs. Al An’aan : 165 ayat
  • 32 : Qs. As Sajdah : 30 ayat

Jumlah keseluruhan : 571 ayat

▶️ Nilai 571 ini adalah sama dengan angka dari tahun kelahiran Rasulullah Muhammad saw.

Dimana, bila nilai dari abjad judul lafadz Al Faatihah (93) tsb dijumlahkan adalah : 9+3= 12.

▶️ Nilai 12 ini terkait dengan tanggal dari kelahirannya.

▶️ Sedangkan 1+2 = 3, adalah bulan kelahirannya (bulan ke 3 : Rabiul Awal).

Atau lengkapnya adalah :

▶️ 12 Rabiul Awal 571 (Tahun Gajah).

▶️ Perhatikan juga nilai 93+12=105, dimana nilai 105 ini terkait dengan nama tahun kelahirannya (tahun gajah), karena surat ke 105 adalah Al Fiil yang artinya adalah Gajah.

Selanjutnya…

Di Al Qur’an, hanya ada 2 nomor ayat yang bila dijumlahkan akan menghasilkan nilai 571, yakni :

▶️ Dua ayat terakhir dari Qs. Al Baqarah yaitu ayat ke 285 dan 286 atau 285 + 286 = 571.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, nilai 571 ini terkait dengan nilai di Qs. Al Faatihah dan tahun kelahiran Rasulullah Muhammad saw serta Asmaul Husna An Nuur.

Dari uraian di atas, sangat sesuai dengan sabda Rasulullah (al hadist) :

Ketika Malaikat Jibril duduk di sisi Rasulullah Saw, ia mendengar suara dari atas lalu mengangkat kepalanya dan berkata; ‘Ini adalah suara pintu langit yang dibuka hari ini dan tidak pernah dibuka sama sekali.’ Kemudian turun malaikat dan mendatangi Nabi Saw dan berkata; ‘Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan padamu yang tidak pernah diberikan pada nabi sebelum kamu, yaitu Surah Al-Fatihah dan penutup (akhir) surah Al-Baqarah. Kamu tidak membaca satu huruf pun dari keduanya kecuali engkau akan diberi (atas doa yang terkandung dalamnya).’ [HR. Muslim]

Sangat jelas bukan ? Betapa keutamaan dari Qs. Al Faatihah, sebagai Cahaya selain 2 ayat di akhir dari Qs. Al Baqarah. Karena sangat terkait dengan sosok termulia di muka bumi ini, Rasulullah Muhammad saw dan Asma Allah, An Nuur).

Demikian artikel singkat ini disampaikan, semoga manfaat.

Syaiful Husein – (WA – 085806082552)

Wabah Virus

PENJELASAN TENTANG HAMA DAN VIRUS DI AL QUR’AN (Metode Paradigma Numerik dan Struktur Al Qur’an)

Sudah sejak awal tahun 2020, artikel ini kami tuliskan dan hanya disosialisasi di kalangan internal yang sangat terbatas saja. Namun seiring dengan berbagai pertimbangan yang ada, kami memutuskan untuk menyampaikannya kepada publik, dengan harapan dapat memberikan kemanfaatan yang lebih luas.

Dalam analisa kajian Numerik Al Qur’an, melihat sebuah konektifitas dan “petunjuk” yang sangat jelas korelasinya dengan HAMA dan VIRUS, yakni dengan memperhatikan keterkaitannya dengan 7 surat HAMIM.

Ke 7 surat tersebut adalah :

  • Qs. 40  Al Mu’min              :  85 ayat
  • Qs. 41 Hamim As Sajdah  :  54 ayat
  • Qs. 42 Asy Syuraa’             :  53 ayat
  • Qs. 43 Az Zukhruf              :  89 ayat
  • Qs. 44 Ad Dukhan              :  59 ayat
  • Qs. 45 Al Jaatsiyah            :  37 ayat
  • Qs. 46 Al Ahqaf                  :  35 ayat

Catatan : ke 7 surat ini dimulai dengan lafadz Ha Mim (حم) pada ayat pertamanya

Sebelum masuk lebih jauh, kedalam penjabaran dari ke 7 surat tersebut, mari kita analisa makna yang terkandung dalam lafadz Ha Mim (حم) yang memiliki kesetaraan “bunyi” dengan kata Hama. Yang pada analisa kali ini, akan diperlihatkan juga kaitannya dengan Virus.

Penjabaran I

  • Abjad Ha (ح) adalah abjad ke 6
  • Qs. 6 Al An’aam (Binatang Ternak) : 165 ayat
  • Nilai 165 dijumlahkan ke 3 digitnya : 1 + 6 + 5 = 12
  • Abjad Mim (م) adalah abjad ke 24
  • Qs. 24 An Nuur (Cahaya) : 64 ayat
  • Nilai 64 dijumlahkan ke 2 digitnya : 6 + 4 = 10

Penjabaran II

  • Nilai Ha (ح) = 6 dan Mim (م) = 24, bila ke dua nilai tersebut dijumlahkan menjadi : 6 + 24 = 30.
  • Selanjutnya karena surat-surat Ha Mim tersebut ada 7 surat, maka nilai 30 dikalikan 7, atau 30 x 7 = 210.
  • Nilai 210 ini adalah setara dengan hasil penjumlahan sistem deret hitung dari nilai 20, atau (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 13 + 14 + 15 + 16 + 17 + 18 + 19 + 20 = 210)

Penjabaran III

  • Secara khusus dalam konsep juz, ada 1 juz yang dinamakan dengan juz Ha Mim, karena juz ini dimulai oleh salah satu dari 7 surat Ha Mim, Dimana satu surat ini posisinya tepat berada di awal juz (Qs. 46 Al Ahqaaf).
  • Yakni Juz ke 26

Dari penjabaran I, II dan III diperoleh nilai 12, 10, 20, 30, dan 26 (lihat yang bercetak tebal MERAH di atas).

Selanjutnya bila ke 5 nilai ini dikorelasikan ke dalam abjad hijaiyah, sbb :

  • Abjad ke 12 : س
  • Abjad ke 10 : ر
  • Abjad ke 30 : ي
  • Abjad ke 20 : ف
  • Abjad ke 26 : و

Ke 5 abjad ini bila digabungkan akan membentuk lafadz فيروس atau VIRUS, dan lafadz sebelumnya yang bermula dari penjabaran kata Ha Mim (حم), terkoneksi dengan HAMA.

Selanjutnya, mari kita konversikan ke 5 abjad tersebut menjadi nomor surat di Al Qur’an, yakni :

Terbukti !! dengan penjabaran ke 5 abjad yang membentuk kata VIRUS, hasil penjumlahannya (642), bila dibaca dari arah KANAN (seperti tabel di atas) ternyata kembali kepada lafadz HA-MIM (abjad ke 6 dan ke 24)

Kita lanjutkan…

Sebagaimana diketahui bersama bahwa hama sangat terkait dengan virus, dimana hama tersebut adalah merupakan salah satu dari “pencetus” munculnya virus itu sendiri.

Khususnya bila kita perhatikan kaitan abjad ke 6 bila dikonversi menjadi surat ke 6 yaitu Al An’aam (Binatang Ternak/simbol tentang binatang), dimana hal ini menjelaskan bahwa “sasaran mangsa” dari hama tersebut “pada umumnya” adalah binatang ternak (dan binatang lainnya) dan tetumbuhan (yang termasuk juga merupakan makanan dari binatang ternak). Dan ketika hama tersebut melekat atau dikonsumsi oleh binatang, sangat mungkin untuk lahirnya kembali varian mikro-organisme baru di dalam tubuh binatang tersebut, yang diistilahkan dengan nama virus, yang pada akhirnya binatang yang telah terdampak mikro-organisme itu pun “sangat mungkin” dikonsumsi atau berinteraksi dengan manusia.

Selain itu, pada kenyataannya virus tersebut pun sebenarnya adalah merupakan makhluk hidup juga, yang dapat dikategorikan sebagai binatang (yang teramat sangat halus). Sebagaimana binatang ternak (simbol tentang binatang), virus pun hidupnya selalu berkoloni/berkelompok dengan jumlah yang tidak sedikit.

Dalam konteks Qs. 24 An Nuur (Cahaya), mengandung makna tentang “potensi penyebaran” dari hama virus ini (yang mampu menyebar cepat dan luas bagaikan cahaya), sehingga seiring dengan penyebaran tersebut tentunya berpotensi pula untuk penularan dampak buruknya.

Selain itu, makna lain dari cahaya di sini adalah : cahaya adalah merupakan zat yang “berwujud” teramat sangat halus, hal ini pun dapat menjelaskan tentang wujud dari virus pun demikian adanya, sehingga untuk melihat keberadaannya pun dibutuhkan alat khusus (pembesar).

Mungkin sementara pembaca, bertanya-tanya bagaimana mungkin bahasa Al Qur’an dapat dikaitkan dengan bahasa umum (di luar bahasa Arab), seperti kata-kata yang dimunculkan dalam penjabaran di atas (Hama dan Virus).

Namun bila diyakini Al Qur’an adalah sebagai Kitab petunjuk (pedoman) untuk segala hal/permasalahan yang ada di alam semesta ini, artinya bahasa di Al Qur’an adalah bahasa yang universal, dimana seluruh bahasa dan pengetahuan (tentang hal apapun itu), ada di dalamnya (secara tersurat dan tersirat). Hanya saja diperlukan analisa yang mendalam dan mengkajinya pun harus dengan menggunakan berbagai sudut pandang (Numerik dan Struktur Al Qur’an, dan tentunya termasuk juga Verbal terjemahannya).

Dalam Qs. 14 Ibrahim ayat 4 dikatakan :

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah (menyesatkan) siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”

Dalam konteks dengan berbagai macam rupa ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak zaman dahulu hingga saat ini, bahkan di masa depan, Al Qur’an adalah merupakan Kitab Huda (Petunjuk/Pedoman) untuk seluruh ilmu yang pernah ada di sepanjang masa tersebut.

Artinya Al Qur’an (yang merupakan sumber dari seluruh ilmu yang ada), tentunya dapat memberikan petunjuk (penjelasan) tentang varian ilmu-ilmu tersebut. Bahkan di Al Qur’an pun tergandung di dalamnya “ilmu tersendiri” yang mampu menjelaskan ilmu-ilmu manusiawi yang pernah ada di sepanjang masa. Sehingga dalam tahap aplikasinya, Ilmu Al Qur’an mampu mengungguli sistematika ilmu-ilmu manusiawi, baik dari sisi efektifitas maupun efesiensinya. Sehingga disinilah bukti bahwa Al Qur’an (Firman Allah), dengan izin Allah, mampu menjadi solusi untuk mengantisipasi bahkan mengatasi setiap permasalahan yang ada di semesta ini.

Dalam kalimat yang dicetak tebal pada ayat di atas, disebutkan tentang setiap rasul diutus “dengan bahasa kaumnya” agar dia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka. Dalam konteksnya dengan Rasulullah Muhammad saw dan Al Qur’an, disini mengandung makna bahwa Al Qur’an yang dirisalahkan kepada Rasulullah tersebut pada masa hidupnya memang sudah pasti harus diturunkan “wahyunya/Al Qur’an” dengan bahasa Rasul dan kaumnya saat itu, yakni bahasa Arab.

Namun, Al Qur’an adalah Kitab Petunjuk Sepanjang Masa, artinya Al Qur’an sudah pasti mampu “berbahasa” dengan sangat spesifik dan detail dalam bahasa yang sangat khusus (bahasa kaum/bahasa kelompok/bahasa bidang studi), sesuai konteks bidang ilmu pengetahuan yang akan di jelaskan. Sehingga dengan bahasa universalnya, Al Quran akan mampu menjelaskan tentang seluruh ilmu pengetahuan (dalam bidang studi apapun), seperti ilmu-ilmu eksakta (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dll), ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu hukum, seni dan lain sebagainya.

Dengan menyadari jangkauan bahasa Al Qur’an yang sedemikian luas, semakin membuktikan bahwa memang benar adanya bahwa Al Qur’an adalah Kitab Petunjuk untuk hal apapun itu, baik untuk kehidupan di dunia maupun akhirat. Sehingga semakin terbukti pula Al Qur’an yang Allah turunkan kemuka muka bumi ini kepada Rasulullah Muhammad saw, adalah untuk rahmat bagi sekalian alam, rahmat bagi setiap manusia, rahmat bagi setiap permasalahan yang ada, rahmat bagi seluruh ilmu pengetahuan yang ada, dan rahmat untuk hal apapun itu. Dan Al Qur’an adalah satu-satunya Kitab Allah yang mampu memberikan bimbingan untuk meraih seluruh rahmat tersebut agar terbimbing kepada satu arah yang jelas dan pasti yaitu : KETAUHIDAN.

Tiada tuhan selain Allah dan tidak satu ilmu pun yang mampu menandingi ilmu-ilmu Nya yang difirmankanNya dalam Al Qur’an. Artinya bahwa konsep Ketauhidan, harus pula diiringi dengan aplikasi pembuktian atas kebenaran Islam dan ilmu Al Qur’an sebagai sumber kebenaran atas segala ilmu, yang mampu menghadirkan rahmat bagi sekalian alam.

Kembali pada tema penjabaran tentang Hama dan Virus, dalam aplikasinya akan merujuk pada sistematika ke 7 surat Ha Mim di Al Qur’an, untuk mengantisipasi laju penyebaran virus dan sistem proteksi penularannya. Karena terkait dengan pesan dari surat ke 24 An Nuur di atas, Insya Allah, segala macam bentuk species virus dapat dijinakkan bahkan ditaklukan dengan “sistem cahaya” dari gelombang energi Al Qur’an, yang juga nama lainnya adalah An Nuur (Cahaya).

Makna cahaya disini pun dapat diartikan secara lebih luas, dimana banyak anjuran dalam Islam yang, Insyaa Allah, mampu menghadirkan “cahaya keberkahan” dalam mencegah manusia dari dampak buruk akan virus (dan penyakit lainnya), yakni ibadah shalat, menjaga wudhu, shaum (puasa), berzakat, berpakaian menutup aurat, dan lain sebagainya sesuai anjuran Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Selain itu, tentunya sebagai makhluk yang berakal, sudah selayaknya lah manusia pun harus memiliki pola hidup yang sehat dan bersih (tidak seperti kehidupan “binatang ternak” yang tidak paham akan kebersihan).

Karena terbukti, wilayah pencetus virus-virus berbahaya tersebut, acap kali muncul dan bermula dari wilayah-wilayah yang kelompok manusianya “berperilaku bagaikan binatang”, seperti : tidak memilih apa-apa yang harus dikonsumsinya, berakhlak buruk (bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasul).

Ada beberapa varian sistem baca dari sistem Ha Mim ini, namun konsep yang paling mendasar adalah dengan mengamalkan (membaca) ke 7 surat Ha Mim tersebut, demi terciptanya “atmosfir positif  Qur’ani” di sekitar kita dan lingkungan, untuk meredam laju penularan virus, khususnya virus Corona yang sangat mengancam belakangan ini. Bahkan, Insya Allah, mampu menonaktifkan virus berbahaya tersebut.

Demikian artikel singkat ini. Semoga bermanfaat.

Syaiful Husein

Musibah Kapal Selam Nanggala 402

Tragedi Nanggala 402 dengan korban 53 orang pahlawan bangsa

Ayat ke 402 dari awal Al Quran :

Qs. 3. Ali ‘Imraan : 109

وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗوَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ (١٠٩)

“Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.”

Adapun nilai 53, dikoneksikan dengan surat di Al Quran yang berjumlah 53 ayat, yakni Qs. 42 Asy Syuraa.

Ternyata nilai 402 juga memiliki “keterkaitan” dengan nilai 42 atau Qs. 42 Asy Syuraa (53 ayat).

Perhatikan Qs. 42 ayat ke 53 :

صِرَاطِ اللّٰهِ الَّذِى لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ اَلَآ اِلَى اللّٰهِ تَصِيْرُ الْاُمُوْرُ (٥٣)

Qs. 42.Asy-Syuraa : 53
“Jalan Allah yang milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah (bahwa) kepada Allah lah segala urusan kembali.”

Dari ke 2 ayat tsb (Qs. 3 Ali ‘Imran 109 dan Qs. 42 Asy Syuraa 53), memiliki kesetaraan makna, bahwa segala yang meliputi langit dan bumi adalah milik Allah swt, dan hanya kepada Allah swt, segala urusan dikembalikan.

Nilai nomor suratnya :

  • 3 + 42 = 45
  • 4 + 5 = 9

Nilai nomor ayatnya :

  • 109 + 53 = 162
  • 1 + 6 + 2 = 9

Diperoleh 2 nilai yang sama : 9 dan 9.

Bila ke 2 nilai ini dikaitkan dengan sistem penanggalan hijriyah, yaitu tanggal 9 Ramadhan (bulan ke 9), yang pada tahun 2021 (Masehi) ini, tepat jatuh pada tanggal 21 April.

Dimana pada tanggal inilah, kapal Nenggala 402 mengalami musibah dan hilang di kedalaman lautan.

Kembali kepada ayat ke 402 di Al Quran :

Qs. 3. Ali ‘Imraan : 109
Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.

Nilai 109 setara dengan jumlah ayat dari Qs. 10 Yunus yang sangat jelas keterkaitannya dengan lautan, saat nabi Yunus as ditelan oleh ikan yang sangat besar.

Dan angka (nomor surat di atas) terkait dengan nomor kenabian dari Nabi Nuh as (nabi ke 3).

Gabungan makna ke 2 nabi ini Nabi Nuh as :

  • Kisah Nabi Nuh as : terkait dengan kapal laut
  • Kisah Nabi Yunus as : ditelan ikan yang sangat besar dan dibawa menyelam kedalam lautan
  • Bila digabung : mengandung makna simbolik tentang kapal di dalam laut atau kapal selam.

Wallahu a’lam bishawab..


Qs. 6.Al-An’aam : 59
“Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”

Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya…

“Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).”
Qs. 2 Al Baqarah 156

Al Qur’an (An Nuur / Cahaya)

🕋 Al Qur’an (An Nuur / Cahaya) 🎇

Sebagaimana diketahui, salah satu sebutan lain dari Al Qur’an adalah An Nuur (Cahaya).

Secara numerik sederhana dapat dibuktikan sbb :

✒️ Al Quran terdiri dari 86 surat Makiyah dan
✒️ 28 surat Madaniyah

Nilai di atas (86 dan 28) dijumlahkan :

✒️ 8 + 6 = 14
✒️ 2 + 8 = 10
✒️ Nilai 14 + 10 = 24

Hasil nilai 24 dikonversikan menjadi nomor surat, yakni Qs. 24 An Nuur.

Selanjutnya dengan metode perkalian :

✒️ 8 × 6 = 48
✒️ 2 × 8 = 16
✒️ Nilai 48 + 16 = 64

Nilai 64 ini, ternyata terkait dengan jumlah ayat dari Qs. 24 An Nuur, yakni 64 ayat.

Selanjutnya, bila kedua nilai dari Qs. An Nuur (24 dan 64) tersebut dijumlahkan, adalah 88, dan nilai 88 ini adalah sama dengan nilai dari lafadz Al Quran (القران) :

  • ال : 31
  • ق : 21
  • ر : 10
  • ا : 1
  • ن : 25

Jumlah : 31 + 21 + 10 + 1 + 25 = 88

Terbukti.. bahwa nama lain dari Al Quran adalah An Nuur..!!

Qs. 64. At-Taghabun : 8

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Selanjutnya, dari perolehan 2 nilai pertama (14, 10) dan 2 nilai kedua (48, 16), dilanjutkan sbb :

A. Nilai 14 dan 10 :
✒️ 1 + 4 = 5
✒️ 1 + 0 = 1
✒️ Nilai 5 + 1 = 6

B. Nilai 48 dan 16 :
✒️ 4 + 8 = 12
✒️ 1 + 6 = 7
✒️ Nilai 12 + 7 = 19

Dengan perhitungan di atas diperoleh 2 nilai baru, yakni : 19 dan 6. Dimana bila kedua nilai ini diperhitungkan kembali dengan 2 metode (penjumlahan dan perkalian), menjadi sbb :

A. Metode penjumlahan :

✒️ 19 + 6 = 25

Nilai 25 ini terkait dengan nomor kenabian dari Rasulullah Muhammad SAW (Nabi ke 25), sebagai sosok suci yang menerima wahyu/risalah Al Quran/An Nuur itu sendiri

Selain itu, nilai 25 disini juga menjelaskan tentang nama lain dari Al Quran, yakni Al Furqan (Pembeda) karena Qs. Al Furqan ini adalah surat ke 25. Kitab Furqan yang diturunkan kepada nabi ke 25 (Rasulullah Muhammad SAW).

B. Metode perkalian :

✒️ 19 × 6 = 114

Nilai 114 ini jelas sekali keterkaitannya dengan jumlah surat di Al Quran.

Lantas, dari 3 nilai yang diperoleh(24, 25 dan 114), kembali perhatikan jumlah ayatnya :

  1. Qs. 24 An Nuur : 64 ayat
  2. Qs. 25 Al Furqaan : 77 ayat
  3. Qs. 114 An Naas : 6 ayat

Jumlah seluruh ayatnya adalah :

✒️ 64 + 77 + 6 = 147

Terkait dengan apakah nilai 147 ini ?

Mari kita perhatikan Qs. Muhammad, surat ke 47, sebagai sang penerima wahyu/risalah Al Quran.

✒️ Nomor surat : 47
✒️ Jumlah ayat : 38
✒️ Nilai lafadz judul surat Muhammad (محمد) :

  • م : 24
  • ح : 6
  • م : 24
  • د : 8

Jumlah : 24 + 6 + 24 + 8 = 62

Sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 47 + 38 + 62 = 147

Kembali terbukti, ternyata nilai 147 tsb, sangat terkait dengan Rasulullah Muhammad SAW, sang Al Quran yang berjalan, seseorang yang berakhlakan Al Quran. Nur Qur’an, Nur Muhammad yang menyatu dalam kemurnian risalah, petunjuk bagi seluruh ummat manusia, rahmat bagi sekalian alam.

Luar biasa, sistematika numeriknya, matematika illahiah.

Qs. 15. Al-Ḥijr : 21
Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya; Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.

Semoga bermanfaat..🙏🙏

Syaiful Husein